Laman

Selasa, 08 Juni 2010

MENGOBARKAN SEMANGAT GERAKAN PRAMUKA

Kartini yang historis telah lama di kenang orang, tak satu pun anak-anak Sekolah Dasar (SD), anak-anak Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMP) dan anak-anak Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMA) melupakannya nama Kartini, karena Kartini dipandang sebagai pahlawan wanita pada zaman belanda.

Karakter kartini sebagai pendobrak kebekuan dalam berpikir perempuan, pendobrak dari tradisi yang sangat mengungkung kehidupan wanita, ditinjau kembali kehidupan yang sesungguhnya, apa sebenarnya fungsi, tugas dan peran wanita dalam kehidupan sehari-hari, dalam kehidupan pergaulan, dalam kehidupan keilmuan, dalam kehidupan pendidikan, dalam kehidupan adat istiadat, dan dalam kehidupan pergaulan yang lebih luas lagi ?.

Dunia perempuan adalah katak dalam tempurung, dunia perempuan ibarat burung dalam sangkar, perempuan tak diposisikan dan perempuan tak berperan, kehidupan yang sungguh memilukan, pada zaman-zaman dimana kaum perempuan tertindas, ditindas dan tak berdaya.

Peran perempuan tidak bisa dibandingkan dengan peran hari ini, zaman kartini adalah kehidupan yang menggetarkan rasa tanpa kemanusiaan yang berkeadilan.

Hari ini telah lahir generasi kartini yang sudah berperan di puncak-puncak pergaulan politik, melakukan aktifitas ekonomi, menindak lanjuti cita-cita pendidikan luhur dan dapat melakukan kegiatan sosial, agama dan budaya sehingga perempuan dapat mensejajarkan dirinya dengan kaum laki-laki yang selama ini dipandang dikotomis, dipandang berbeda, baik tugas, peran dan fungsinya dalam kehidupan Individu kehidupan sosial.

Kartini hari ini sudah sangat jauh berbeda dengan kartini dimana sejarah telah terjungkir balikkan, sejarah telah berubah, sejarah telah berbeda dari zaman di mana kartini hidup dengan dinamika hari ini ke depan.

Sumbangsih perempuan dalam segala bidang kehidupan sudah bisa ditakar dengan berbagai ketakjuban, kehebatan, keunggulan, dan keanggunan dari tugas-tugas perempuan yang sesungguhnya baik menurut norma agama maupun norma sosial dan juga dalam pandangan tata pergaulan dunia internasional.

Perempuan telah melahirkan generasi-generasi yang sangat diperhitungkan diberbagai negara, mereka lahir dari generasi pasca kemerdekaan dan menikmati hasil-hasil dari kiprah mereka dalam berbagai sektor pembangunan.

Dalam kontek gerakan-gerakan organisasi, perempuan juga memegang peranan yang sangat penting dan strategis, Gerakan Pramuka salah satu dari aktifitas yang mengutamakan untuk menanamkan jiwa gotong royong, jiwa tolong menolong, jiwa patriotik, sebagian besar adalah peran perempuan yang telah menghantarkan Gerakan Pramuka ke tingkat yang lebih luas dalam tata pergaulan kehidupan, bukan hanya sebatas peran individual, tapi juga sudah merupakan bagian persenyawaan yang sangat inhern dengan seluruh kegiatan politik, ekonomi dan sosial, budaya, seni, bahkan Agama, dimana posisi peran perempuan dalam Gerakan Pramuka, memiliki arti penting dan sangat substantive di dalam memerankan baik pengembangan-pengembangan diri, kepribadian, social maupun untuk meningkatkan keunggulan-keunggulan dalam bentuk dan jenis kahidupan nyata.

Tentunya, bukan hanya hal-hal yang positif saja, ada penyakit-penyakit masyarakat yang juga itu bersumber dari ketidakberdayaan perempuan sampai hari ini ke depan, perempuan merupakan bagian dari keresahan masyarakat, kegelisahan masyarakat, keresahan sosial dan juga berbagai krisis mental, spiritual yang logikanya bersumber dari kaum perempuan, banyak diantaranya kaum perempuan yang belum memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi, ini berakibat kepada regenerasi yang sangat lamban dan tidak melahirkan generasi yang unggulan.

Dalam asfek ekonomi, perempuan masih menjadi bagian dari peran buruh, bukan sebagai peran majikan, perempuan masih menjadi tenaga yang rendah upahnya, belum bisa memberikan upah yang layak dalam dinamika ekonomi yang lebih makro, perempuan masih sangat tidak memiliki kekuatan yang sangat strategis dalam menguasai sektor politik dan juga sangat kurang minat kaum perempuan untuk juga tampil di panggung politik pada skala Regional, Local maupun Nasional, kalau pun ada, seolah-olah perempuan itu sebagai tumbal, hanya untuk memenuhi kuota yang telah ditentukan, dicita-citakan, diidam-idamkan dalam kalkulasi-kalkulasi politik praktis yang pragmentaris dan tidak professional di dalam memerankan jatidiri wanita dalam panggung politik dikancah nasional Republik ini.

Banyak perempuan yang tampil hanya untuk ego sektoral untuk meningkatkan peran yang sangat pragmatis yang sangat hedonistic tidak memberi citra bahwa kekuatan perempuan yang dahsyat di bidang intelektual, sosial dan spiritual mencerminkan seorang jatidiri kartini masa depan.

Parempuan masih banyak di eksploitasi hanya untuk kebutuhan pragmatis tadi, untuk memenuhi hasrat kafitalistik untuk membuat dunia ini gemerlapan tapi semu, kosong tanpa isi.

Solusinya, era Kartini masa lalu memperjuangkan harkat martabat drajat kaum wanita pada posisi yang sejajar dan malah lebih tinggi bukan hanya dengan kaum penjajah tapi dengan bangsa-bangsa lain yang sudah memiliki kemajuan-kemajuan yang diraih.

Kartini hari ini mendapat tantangan berat, untuk meningkatkan dirinya, jatidirinya, karakternya di dalam mengisi peran-peran perempuan yang sangat strategis dan bermakna bagi kehidupan nyata.

Disinilah dibutuhkan tokoh-tokoh perempuan, diperlukan peran-peran perempuan yang sudahberhasil untuk mengajak, mendorong, merubah, bagaimana fungsi, peran dan tugas perempuan yang sesungguhnya, hingga cita-cita kartini di masa lalu masih memiliki relevansi dengan dinamika perubahan dan pencitraan kaum perempuan di Indonesia.

Maka Gerakan Pramuka adalah merupakan sumbu yang dapat mengobarkan semangat Gerakan perempuan di dalam mencapai cita-cita Kartini, masa depan adalah masa kegemilangan kaum perempuan Indonesia yang terpelajar, yang terdidik, yang memiliki tanggungjawab besar terhadap regenerasi perjuangan ini.

Gerakan Pramuka yang dimotori oleh para pengurus yang memiliki dasa darma dan trisatya mendorong jiwanya, tekadnya, semangatnya, tidak membeku hanya sebatas dengan mengenang kartini.

Tapi tekad, cita-cita bagaimana Gerakan Pramuka melalui berbagai programnya dapat meningkatkan dirinya agar di masa yang akan datang, baik itu pengurus Ranting, baik itu Kwarran,baik itu di Cabang ada di Kota atau di desa, terutama yang berada di Kabupaten Bandung, kembali mengobarkan semangat dan menyalakan api yang sangat takkan pernah kunjung padam, dari cita-cita Kartini yang selama ini hampir meredup
memasuki tantangan yang lebih besar.

Upaya meningkatkan semangat juang kartini dalam berbagai dimensinya, tantangan, hambatan, dan rintangan yang selama ini sudah menghinggapi masing-masing Pembina Pramuka Puteri, melalui ungkapan dari cita-cita kartini, dapat menyala kembali, sebagaimana semboyan “dia nan tak kunjung padam”, merupakan salah satu peran para Pembina Pramuka.

Sebagai rumusan yang tersusun dengan sistematis, pola itu lalu diejawantahkan melalui Syarat-syarat Kecakapan Umum (SKU) dan Syarat-syarat Kecakapan Khusus (SKK) dan Syarat-syarat Pramuka Garuda (SPG) dalam pembinaan Gerakan Pramuka. Tiga syarat-syarat itu boleh dikatakan semacam kurikulum dalam pendidikan.

Kesadaran bahwa pendidikan tidak bebas nilai dan ideologi serta politik, maka upaya membesarkannya pun mesti didekati dengan mempertimbangkan kekuatan ideologi dan politik. Dengan begitu, wajar apabila praktik pembinaan kepramukaan berusaha menggapai kebertanggungjawaban sense of belonging masyarakat melalui tawaran
ideologis. Sedangkan, kepada pemerintah kita menawarkan pola-pola politis agar tetap survive sebagai upaya meningkatkan semangat juang Kartini.

Catatan:
Dikirim melalui email ke Harian Umum Pikiran Rakyat Tanggal 15 April dimuat/diterbitkan Tanggal 21 April 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar