Laman

Senin, 07 Juni 2010

SENYUM SASTRA

SENYUM SASTRA

Senyum itu sodakoh, dan kematian yg sangat indah adalah tersenyum, maka senyumlah seiring matahari tenggelam ke upuk Barat menuju ke peraduannya..
Begitupun senyum menghantarkan kematian itu tanpa nafas dan pejamkanlah..
Matahari itu terpejam, karena sudah masuk peraduannya dan jiwa mati juga terpejam matanya..

Yaaayuhannafsul mutmainnah.., potongan ayat ini merupakan kedalaman sastra ayat itu, maka senyumlah seiring terbenam/tenggelamnya matahari tanpa nafas dan pejamkan mata, tidak memakai kata selamanya, karena tidak ada keabadian..
Kalau misalnya orang itu sangat fanatik dan ekstrim, maka akan selamanya, dan tidak ada keabadian, sehingga sudah sampai disitu..

Sebab ada proses lagi kehidupan yang lain..

Sensasi Pagi.. Bangkitlah jiwa-jiwa yang mati, bersama terbitnya matahari pagi hari, diiringi alunan irama seni, memotivasi energi orang-orang yang berbudi..
nafas yang lega, mata yang terbelalak, memandang jauh ke depan..

Faaina Tadhabuun.. “mau kemana pagi hari ini engkau pergi?”, sebab, yarfa’illaahulladziina aamanu minkum walladziina uutul ilma darojaat.. akan kugapai iman yang teguh, dan ilmu-ilmu yang akan menjadikan alam semesta ini..

Sensasi Pagi.. Bangkitlah Jiwa-jiwa yang mati seiring terbitnya matahari di pagi buta untuk mereguk kekuatan iman dan pengetahuan kesemestaan..

Itulah tangga-tangga kecemerlangan dan derajat manusia tertinggi yang Govermens, Supermen dan Insan kamiil..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar